Kabinet – Kabinet Selama Demokrasi Liberal
1.
Kabinet Natsir
(6 September 1950 – 21 Maret 1951)
No
|
Jabatan
|
Nama Menteri
|
Partai Politik
|
1
|
|||
Non
partai
|
|||
2
|
Non
partai
|
||
3
|
|||
4
|
Non
partai
|
||
5
|
|||
6
|
Faksi
Demokratik
|
||
7
|
|||
8
|
|||
9
|
|||
10
|
|||
11
|
|||
12
|
Non
partai
|
||
13
|
|||
14
|
|||
15
|
|||
16
|
Non
partai
|
||
17
|
Program
kerja :
a. Menggiatkan
usaha keamanan dan ketentraman.
b. Mencapai
konsolidasi dan menyempurnakan susunan pemerintahan.
c. Menyempurnakan
organisasi Angkatan Perang.
d. Mengembangkan
dan memperkuat ekonomi rakyat.
e. Memperjuangkan
penyelesaian masalah Irian Barat.
Hasil :
Berlangsung perundingan antara Indonesia-Belanda untuk pertama kalinya mengenai
masalah Irian Barat.
2.
Kabinet Sukiman (26 April 1951 – 23
Februari 1952)
No
|
Jabatan
|
Nama Menteri
|
1
|
||
2
|
||
3
|
||
4
|
||
5
|
||
6
|
||
7
|
||
8
|
||
9
|
||
Menteri Muda Perhubungan
|
||
10
|
||
11
|
||
12
|
||
13
|
||
14
|
||
15
|
||
16
|
||
17
|
Sudibjo
(Urusan Kesejahteraan Umum) |
|
Program
Kerja :
a.
Bidang keamanan, menjalankan tindakan – tindakan yang
tegas sebagai negara hukum untuk menjamin keamanan dan ketentraman.
b.
Sosial – ekonomi, mengusahakan kemakmuran rakyat
secepatnya dan memperbaruhi hukum agraria agar sesuai dengan kepentingan
petani. Juga mempercepat usaha penempatan bekas pejuang di lapangan usaha.
c.
Mempercepat
persiapan – persiapan pemilihan umum.
d.
Di bidang
politik luar negri: menjalankan politik luar negri secara bebas – aktif serta
memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah RI secepatnya.
e.
Di bidang hukum, menyiapkan undang – undang tentang
pengakuan serikat buruh, perjanjian kerja sama,penetapan upah minimum,dan
penyelesaian pertikaian buruh.
Hasil :
Tidak terlalu berarti sebab programnya melanjtkan program Natsir hanya
saja terjadi perubahan skala prioritas dalam pelaksanaan programnya, seperti
awalnya program Menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman selanjutnya
diprioritaskan untuk menjamin keamanan dan ketentraman.
3.
Kabinet Wilopo ( 30 April 1952 – 2
Juni 1953)
No
|
Jabatan
|
Nama
Menteri
|
1
|
||
2
|
||
3
|
||
4
|
||
5
|
||
6
|
||
7
|
||
8
|
||
9
|
||
Menteri Muda Perhubungan
|
||
10
|
||
11
|
||
12
|
||
13
|
||
14
|
||
15
|
FL
Tobing
|
|
16
|
||
17
|
Sudibjo
(Urusan Kesejahteraan Umum) |
|
Mohammad Hanafiah
(Urusan Agraria) |
Program Kerja :
1.
Meningkatkan keamanan dan kemakmuran
serta segera menyelenggarakan Pemilu.
- Pembebasan
Irian Barat secepatnya.
- Pelaksanaan
politik bebas-aktif dan peninjauan kembali persetujuan KMB.
- Penyelesaian
Pertikaian politik
Hasil :
·
Persiapan Pemilihan Umum untuk
memilih anggota parlemen yang akan diselenggarakan pada 29 September 1955.
·
Menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika
tahun 1955.
Penyebab Jatuhnya Kabinet Wilopopo :
a)
Munculnya gerakan separatis di
beberapa daerah dan masalah angkatan perang
b)
Beberapa daerah di Sumatera dan
Sulawesi tidak puas terhadap pemerintah pusat
c)
Munculnya peristiwa 17 Oktober 1952 akibat
ikut campur tangan parlemen terhadap masalah internal Angkatan Darat
d)
Keluarnya mosi tidak percaya dai
Sidik KErtapati atas penyelesaian kasus tanah perusahaan asin di Tanjung
Morawa, Sumatera Utara
4.
Kabinet Ali I (30 Juli 1953 -24 Juli 1955)
No
|
Jabatan
|
Nama
Menteri
|
1
|
||
2
|
||
3
|
||
4
|
||
5
|
||
6
|
||
7
|
||
8
|
||
9
|
||
Menteri Muda Perhubungan
|
||
10
|
||
11
|
||
12
|
||
13
|
||
14
|
||
15
|
||
16
|
||
17
|
Sudibjo
(Urusan Kesejahteraan Umum) |
|
Mohammad Hanafiah
(Urusan Agraria) |
Program
Kerja :
a.
Meningkatkan keamanan dan kemakmuran serta
segera menyelenggarakan Pemilu.
b.
Pembebasan Irian Barat secepatnya.
c.
Pelaksanaan politik bebas-aktif dan peninjauan
kembali persetujuan KMB.
d.
Penyelesaian Pertikaian politik
Hasil :
·
Persiapan Pemilihan Umum untuk
memilih anggota parlemen yang akan diselenggarakan pada 29 September 1955.
·
Menyelenggarakan Konferensi
Asia-Afrika tahun 1955.
5.
Kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955 – 3 Maret 1965)
No
|
Jabatan
|
Nama
Menteri
|
1
|
||
2
|
||
3
|
||
4
|
Burhanuddin Harahap
|
|
5
|
||
6
|
||
7
|
||
8
|
||
10
|
||
11
|
||
Menteri Muda Perhubungan
|
||
12
|
||
13
|
||
14
|
||
15
|
||
16
|
||
17
|
||
18
|
||
19
|
||
Program
kerja :
1.
Mengembalikan kewibawaan pemerintah,
yaitu mengembalikan kepercayaan Angkatan Darat dan masyarakat kepada
pemerintah.
2.
Melaksanakan pemilihan umum menurut
rencana yang sudah ditetapkan dan mempercepat terbentuknya parlemen baru
3.
Masalah desentralisasi, inflasi,
pemberantasan korupsi
4.
Perjuangan pengembalian Irian Barat
5.
Politik Kerjasama Asia-Afrika
berdasarkan politik luar negeri bebas aktif.
Hasil :
- Penyelenggaraan pemilu pertama yang demokratis pada 29
September 1955 (memilih anggota DPR) dan 15 Desember 1955 (memilih
konstituante). Terdapat 70 partai politik yang mendaftar tetapi hanya 27
partai yang lolos seleksi. Menghasilkan 4 partai politik besar yang
memperoleh suara terbanyak, yaitu PNI, NU, Masyumi, dan PKI.
- Perjuangan Diplomasi Menyelesaikan masalah Irian Barat
dengan pembubaran Uni Indonesia-Belanda.
- Pemberantasan korupsi dengan menangkap para pejabat
tinggi yang dilakukan oleh polisi militer.
- Terbinanya hubungan antara Angkatan Darat dengan
Kabinet Burhanuddin.
- Menyelesaikan masalah peristiwa 27 Juni 1955 dengan
mengangkat Kolonel AH Nasution sebagai Staf Angkatan Darat pada 28 Oktober
1955.
6.
Kabinet Ali II (20 Maret 1956 – 14 Maret 1957)
Daftar nama anggota :
No
|
Jabatan
|
Nama
Menteri
|
1
|
||
2
|
||
3
|
||
4
|
||
5
|
||
6
|
||
7
|
||
8
|
||
Menteri Muda Perdagangan
|
||
9
|
||
Menteri Muda Pertanian
|
||
10
|
||
Menteri Muda Perhubungan
|
||
11
|
||
12
|
||
13
|
||
14
|
||
15
|
||
16
|
||
17
|
||
18
|
Djuanda
(Urusan Perencanaan) |
|
Rusli Abdul Wahid
(Urusan Umum) |
||
Dahlan Ibrahim
(Urusan Bekas Pejuang Kemerdekaan) |
Program kerja kabinet ini disebut Rencana
Pembangunan Lima Tahun yang memuat program jangka panjang, sebagai berikut
:
1.
Perjuangan pengembalian kekuasaan de
facto Indonesia atas Irian Barat dan membangun Provinsi Irian Barat
2.
Pembentukan daerah-daerah otonomi
dan mempercepat terbentuknya anggota-anggota DPRD.
3.
Mengusahakan perbaikan nasib kaum
buruh dan pegawai.
4.
Menyehatkan perimbangan keuangan
negara.
5.
Mewujudkan perubahan ekonomi
kolonial menjadi ekonomi nasional berdasarkan kepentingan rakyat.
6.
Memperluas dan meningkatkan mutu
pendidikan dan pengajaran.
Selain itu program pokoknya adalah,
·
Pembatalan KMB,
·
Pemulihan keamanan dan ketertiban,
pembangunan lima tahun, menjalankan politik luar negeri bebas aktif, memperkuat
pertahanan.
·
Melaksanakan keputusan KAA.
Hasil : Mendapat dukungan
penuh dari presiden dan dianggap sebagai titik tolak dari periode planning
and investment, hasilnya adalah Pembatalan seluruh perjanjian KMB.
7.
Kabinet Djuanda (9 April 1957 – 9 Juli 1959)
No
|
Jabatan
|
Nama
Menteri
|
1
|
||
2
|
||
3
|
||
4
|
Djuanda
|
|
5
|
||
6
|
||
7
|
||
8
|
||
9
|
||
10
|
||
11
|
||
12
|
||
13
|
||
14
|
||
15
|
J. Leimena
|
|
16
|
||
17
|
||
18
|
||
19
|
||
20
|
||
21
|
FL Tobing
(Urusan Hubungan Antar Daerah) |
|
Chaerul Saleh
(Urusan Veteran) |
||
FL Tobing
(Urusan Transmigrasi) |
||
Suprajogi
(Urusan Stabilitasi Ekonomi) |
||
Wahid Wahab
(Urusan Kerjasama Sipil-Militer) |
||
Program
Kerja :
Programnya disebut Panca Karya
sehingga sering juga disebut sebagai Kabinet Karya, programnya yaitu :
- Membentuk Dewan Nasional
- Normalisasi keadaan Republik Indonesia
- Melancarkan pelaksanaan Pembatalan KMB
- Perjuangan pengembalian Irian Jaya
- Mempergiat/mempercepat proses Pembangunan
Semua itu dilakukan untuk menghadapi
pergolakan yang terjadi di daerah, perjuangan pengembalian Irian Barat,
menghadapi masalah ekonomi serta keuangan yang sangat buruk.
Hasil
:
- Mengatur kembali batas perairan nasional Indonesia
melalui Deklarasi Djuanda, yang mengatur mengenai laut pedalaman
dan laut teritorial. Melalui deklarasi ini menunjukkan telah terciptanya
Kesatuan Wilayah Indonesia dimana lautan dan daratan merupakan satu
kesatuan yang utuh dan bulat.
- Terbentuknya Dewan Nasional sebagai badan yang
bertujuan menampung dan menyalurkan pertumbuhan kekuatan yang ada dalam
masyarakat dengan presiden sebagai ketuanya. Sebagai titik tolak untuk
menegakkan sistem demokrasi terpimpin.
- Mengadakan Musyawarah Nasional (Munas) untuk meredakan
pergolakan di berbagai daerah. Musyawarah ini membahas masalah pembangunan
nasional dan daerah, pembangunan angkatan perang, dan pembagian wilayah
RI.
- Diadakan Musyawarah Nasional Pembangunan untuk
mengatasi masalah krisis dalam negeri tetapi tidak berhasil dengan baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar